Selasa, 21 Februari 2012

Pagerjurang

Nov 15, '07 1:26 AM
for everyone
Sumiyati larut dalam putaran demi putaran tanah liatnya. Di sebelahnya, si kecil terlelap dalam ayunan Rizal, sang kakak. Inilah hari-hari Sumiyati, salah satu perajin gerabah di Desa Pagerjurang, Kecamatan Bayat, sekitar 12 kilometer sebelah selatan kota Klaten, Jawa Tengah. Gerabah Pagerjurang bukanlah gerabah sembarangan. Selain kualitasnya prima, teknologi pembuatannya pun unik, yakni dengan teknik putaran miring yang dirintis Sunan Bayat pada 1700-an. Ia tak dibuat dengan memutar alas lingkaran yang diletakkan mendatar. Namun, alas itu diletakkan miring hingga beberapa derajat ke depan. Perajin pun duduk miring sehingga dia mengolah tanah dengan posisi menyamping.
Konon teknik ini disusun berdasarkan etiket. Para pembuat gerabah yang umumnya perempuan desa lebih pantas duduk menyamping sehingga tidak perlu membuka pahanya. Cara ini dirancang untuk memudahkan perempuan yang pada masa itu mengenakan kain panjang.
Kini Sumiyati masih meneruskan tradisi. Beragam gerabah dihasilkannya, dari kendi (tempat menyimpan air minum), celengan, guci, tempat ari-ari atau plasenta bayi hingga ke mainan anak-anak. Karya Sumiyati pun terbang hingga Australia dan Italia.
Foto dan teks: Wisnu Broto
dimuat di Koran tempo Minggu, 28 Mei 2006



  


  


  





  


  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar