Kerajinan Keramik di Bayat
Di
Indonesia terdapat kecenderungan perkembangan keramik tradisional
menjadi keramik hias. Perkembangan tersebut biasanya disertai dengan
bentuk usaha dari industri rumah tangga menjadi industri kecil.
Bertolak dari keadaan tersebut, penelitian ini berusaha mengungkap
lebih jauh tentang kehidupan kerajinan keramik di desa Pagerjurang
Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten. Penelitian ini merupakan studi kasus.
Pengumpulan data dilakukan dengan observasi terlibat dan wawancara
mendalam, sedangkan analisis data dilakukan seeara deskriptif analitis
dengan berlandaskan pad a teori-teori yang relevan yang berkenaan
dengan kerajinan keramik dan dunia industri. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa kerajinan keramik di desa Pagerjurang Kecamatan Bayat
Kabupaten Klaten terbagi menjadi kerajinan keramik tradisional
(gerabah) dan keramik hias. Gerabah dikerjakan oleh pengrajin tua
sedangkan keramik hias dikerjakan oleh pengrajin muda. Namun demikian,
kedua golongan pengrajin ini dapat bekerja sama dengan saling
menguntungkan. Kerja sama ini khususnya pada segi pengerjaannya
sedangkan usaha pemasarannya masing-masing memiliki jalur tersendiri.
Keramik tradisional tetap dikerjakan sebagai usaha rumah tangga,
sedangkan keramik hias telah dikerjakan dalam bentuk industri kecil.
Tidak
terlepas dari perkembangan ekonomi pada umunya, keramik hias merupakan
alternatif pengembangan usaha kerajinan yang diharapkan dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu, keramik tradisonal
(gerabah) memberikan sumbangan baik pada aspek teknik maupun aspek
bentuknya, sedangkan pengrajin muda masih perlu meningkatkan
kreativitasnya baik dalam berkarya maupun dalam pemasaran hasil
produksinya. Meskipun kerajinan gerabah Pagerjurang tetap bertahan
sebagai mata peneaharian pokok masyarakat, pendukung kerajinan ini
makin lama makin berkurang jumlahnya, sehingga dikhawatirkan akan punah
di masa yang akan datang.
Lokasi pembuatan gerabah klasik dan modern, unik dan artistik di daerah
Bayat (salah satu kecamatan di kota Klaten) yaitu di wilayah “Pagar
Jurang” tepatnya desa Ngaren, Paseban, Bayat, Klaten, Jawa Tengah,
Indonesia. Tekhnologi yang digunakan terapan bantuan dari negara
Jepang, yaitu menggunakan mesin dengan sistem putaran miring. Jaman
dahulu para pengrajin gerabah menggunakan sistem manual dengan putaran
tegak lurus tetapi setelah mendapatkan arahan dari para Konsultan dan
Petugas Bina Kerajinan Keramik Bayat dari Pemerintah Daerah Klaten maka
sekarang hasil produksinya dapat ditingkatkan, kwalitasnya pun semakin
baik. Tehnik pewarnaan keramik (ceramic painting) nya sudah semakin
moderen dan telah memenuhi kwalitas ekspor. Diantara perusahaan gerabah
yang berdomisili di Bayat adalah “Pandanaran Ceramics” di sini berbagai
bentuk, corak dan waran gerabah diproduksi dan sudah siap dapat
dipergunakan. Kunjungi show roomnya dan pilih yang anda suka, pasti
sangat memuaskan dan sesuai dengan kebutuhan anda.
Sembilan mahasiswa Jurusan Keramik Fakultas Kesenian Universitas
Kyoto Seika, Jepang, belajar membuat gerabah keramik dengan teknik
putaran miring dari perajin gerabah keramik di Pagerjurang, Bayat.
Mereka belajar di Bayat selama sepekan.
Dosen Universitas Kyoto Seika, Prof Chitaru Kawasaki, mengatakan,
kedatangan para mahasiswanya ke Bayat adalah karena pembuatan gerabah
keramik dengan teknik putaran miring tidak dilakukan pengrajin gerabah
di Jepang. “Teknik putaran miring termasuk yang paling sulit untuk
dilakukan. Para pengrajin kebanyakan menggunakan teknik putaran lurus.
Dengan belajar langsung ke desa ini, diharapkan mahasiswa bisa
menerapkannya ketika kembali ke Jepang nanti,” ujarnya saat ditemui
Espos di Pusat Pelestarian Pembuatan Keramik Putaran Miring Bayat